Penanganan Diare pada Lansia yang Aman & Efektif

Author Profile
Ditulis oleh
Tim Medis Carepro
• 5 menit baca
Panduan lengkap penanganan diare pada lansia yang aman dan efektif. Ketahui penyebab, gejala, dan cara merawat lansia dengan diare agar cepat pulih.

Diare merupakan gangguan pencernaan yang sering dianggap sepele, namun pada lansia kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi serius seperti dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Sistem kekebalan tubuh yang menurun dan kemampuan tubuh dalam menyerap cairan yang berkurang membuat lansia lebih rentan terhadap dampak diare dibandingkan orang muda.

Pemahaman tentang penyebab, gejala, dan cara penanganan diare pada lansia sangat penting agar keluarga atau caregiver dapat mengambil tindakan cepat dan tepat. Mari kita bahas lebih dalam mengenai penanganan diare pada lansia yang aman dan efektif.

Penyebab Diare pada Lansia

pexels.com

Diare pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi hingga efek samping obat-obatan. Beberapa penyebab yang paling umum meliputi:

1. Infeksi bakteri atau virus

Infeksi seperti Escherichia coli (E. coli), Salmonella, atau Rotavirus dapat menyebabkan diare akut pada lansia. Kondisi ini biasanya disertai gejala demam dan muntah. Infeksi dapat berasal dari makanan atau air yang terkontaminasi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), infeksi pencernaan merupakan salah satu penyebab utama diare pada kelompok usia lanjut.

2. Efek samping obat-obatan

Beberapa jenis obat yang sering dikonsumsi lansia, seperti antibiotik, obat pencahar, atau antasid yang mengandung magnesium, dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan. Antibiotik misalnya dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus, memicu diare. Melansir Mayo Clinic bahwa diare akibat antibiotik termasuk salah satu efek samping umum yang bisa dialami lansia.

3. Intoleransi makanan

Dengan bertambahnya usia, sistem pencernaan lansia bisa menjadi lebih sensitif terhadap makanan tertentu seperti produk susu (intoleransi laktosa) atau makanan tinggi lemak. Akibatnya, muncul reaksi berupa buang air besar cair dan sering.

4. Penyakit kronis

Kondisi medis seperti penyakit radang usus, diabetes, atau hipertiroidisme juga bisa memicu diare kronis. Pada beberapa kasus, kanker usus besar atau efek pasca operasi saluran cerna dapat menjadi penyebabnya.

Gejala Diare pada Lansia

Gejala diare pada lansia tidak hanya sebatas buang air besar cair, tetapi juga disertai tanda-tanda lain yang perlu diwaspadai, seperti:

  • Frekuensi buang air besar meningkat (lebih dari 3 kali sehari)
  • Nyeri perut atau kram
  • Mual dan muntah
  • Rasa lemas dan tidak bertenaga
  • Penurunan nafsu makan
  • Mulut kering, kulit kendor, dan jarang buang air kecil (tanda dehidrasi)

Jika gejala-gejala ini berlangsung lebih dari dua hari atau disertai darah dalam tinja, segera cari bantuan medis.

Baca juga: Tremor Tangan pada Lansia, Penyebab dan Penanganannya

Faktor Risiko Diare pada Lansia

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko diare pada lansia antara lain:

  • Sistem imun yang melemah akibat usia lanjut
  • Pola makan tidak seimbang
  • Kurang minum air
  • Kebersihan makanan dan tangan yang kurang terjaga
  • Konsumsi obat dalam jangka panjang

Mengetahui faktor-faktor ini dapat membantu caregiver melakukan pencegahan lebih dini sebelum kondisi menjadi berat.

Cara Mengatasi Diare pada Lansia

pexels.com

Penanganan diare pada lansia harus dilakukan dengan hati-hati. Tujuannya tidak hanya menghentikan diare, tetapi juga menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Berikut beberapa langkah penanganan yang aman dan efektif.

1. Berikan cairan yang cukup

Dehidrasi merupakan bahaya utama dari diare pada lansia. Pastikan lansia mengonsumsi cukup cairan, seperti air putih, kaldu, atau larutan oralit. Cairan ini membantu menggantikan cairan dan garam mineral yang hilang akibat diare. Mengutip World Health Organization (WHO), pemberian oralit adalah langkah utama yang efektif untuk mencegah dehidrasi pada kasus diare.

Jika lansia sulit minum dalam jumlah banyak sekaligus, berikan dalam porsi kecil tetapi sering. Hindari minuman berkafein atau bersoda karena dapat memperburuk kehilangan cairan.

2. Perhatikan asupan makanan

Saat diare, berikan makanan yang lembut, rendah serat, dan mudah dicerna seperti bubur, nasi putih, pisang, kentang rebus, atau roti tawar. Hindari makanan berlemak, pedas, atau tinggi serat karena dapat memperburuk gejala.

Setelah kondisi membaik, secara bertahap kembalikan pola makan normal untuk memastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup.

3. Berikan obat sesuai anjuran dokter

Obat antidiare seperti loperamide hanya boleh digunakan atas rekomendasi dokter, terutama pada lansia yang memiliki penyakit kronis. Jangan sembarangan memberi antibiotik, karena jika penyebabnya bukan infeksi bakteri, obat tersebut justru bisa memperburuk kondisi.

Jika diare disebabkan oleh efek samping obat lain, dokter mungkin akan menyesuaikan dosis atau menggantinya dengan obat yang lebih aman.

4. Perhatikan tanda bahaya

Segera bawa lansia ke fasilitas kesehatan jika mengalami tanda-tanda bahaya seperti tinja berdarah, demam tinggi, muntah terus-menerus, atau tanda dehidrasi berat. Penanganan medis yang cepat dapat mencegah komplikasi serius.

5. Jaga kebersihan makanan dan lingkungan

Cuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet, serta pastikan makanan dimasak hingga matang. Gunakan air bersih untuk minum dan hindari makanan yang disimpan terlalu lama di suhu ruang.

Baca juga: Pahami Penyebab Insomnia pada Lansia dan Cara Menanganinya

Tips Tambahan Merawat Lansia yang Mengalami Diare

  • Pastikan lansia mendapatkan istirahat yang cukup untuk memulihkan energi.
  • Gunakan popok dewasa jika frekuensi buang air besar sangat sering agar kebersihan tetap terjaga.
  • Awasi suhu tubuh dan tekanan darah secara berkala.
  • Jika tinggal sendiri, pastikan ada pendamping yang membantu memantau kondisi lansia setiap saat.

Dengan perawatan yang tepat, sebagian besar kasus diare pada lansia dapat sembuh dalam beberapa hari tanpa komplikasi serius.

FAQ Seputar Diare pada Lansia

1. Apakah diare pada lansia bisa menyebabkan kematian?
Ya, terutama jika menyebabkan dehidrasi berat yang tidak segera ditangani. Lansia lebih rentan terhadap kehilangan cairan dibandingkan orang muda.

2. Kapan harus ke dokter?
Jika diare berlangsung lebih dari dua hari, disertai darah, demam tinggi, atau tanda-tanda dehidrasi seperti lemas, pusing, dan jarang buang air kecil.

3. Apakah boleh memberikan oralit pada lansia?
Boleh, bahkan dianjurkan untuk mencegah dehidrasi, asalkan tidak ada penyakit ginjal berat atau pembatasan cairan dari dokter.

4. Bagaimana cara mencegah diare pada lansia?
Pastikan makanan dan minuman selalu higienis, cuci tangan secara rutin, dan jaga kebersihan lingkungan.

Bantuan Profesional Berpengalaman & Terpercaya dengan CarePro

Diare pada lansia tidak boleh dianggap remeh. Kondisi ini bisa menimbulkan komplikasi berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat. Kunci utama penanganannya adalah menjaga keseimbangan cairan, memperhatikan pola makan, dan mencari bantuan medis jika gejala tidak membaik.

Jika Anda memiliki orang tua atau anggota keluarga lansia yang membutuhkan perawatan lebih intensif selama masa pemulihan, gunakan aplikasi CarePro untuk menemukan perawat lansia profesional yang siap membantu pemantauan kesehatan di rumah secara aman dan terpercaya.

Catatan: Artikel ini disusun untuk memberikan informasi umum dan bukan pengganti konsultasi medis. Untuk penanganan masalah kesehatan spesifik, silakan konsultasi langsung dengan dokter.